PEMICU PEMBERONTAKAN GERAKAN 30 SEPTEMBER OLEH PARTAI KOMUNIS INDONESIA VERSI SEJARAWAN ASING
Secara singkat ada 5 teori logis, siapa yang ada dibalik peristiwa G 30 S/PKI. Masing-masing teori didukung oleh para sejarawan asing yang juga turut menyelidiki peristiwa ini.
1. Teori yang menyebutkan PKI ada di belakang peristiwa Gestapu.
Ini adalah versi yang sekarang diajarkan di sekolah-sekolah dan menjadi sejarah resmi. Didukung oleh pemerintah Orba, TNI dan beberapa sejarawan seperti: Guy Pauker, Marshall Green dan Arnold Brackman. Teori ini menunjuk pada alasan2 yang kasat mata, seperti: PKI menculik dan mengeksekusi para jendral. PKI telah menghimpun massa di daerah Lubang Buaya. PKI membentuk sebuah biro rahasia non-organik, yang disebut dengan kode: kelompok Pringgondani dengan dikomandoi oleh tokoh misterius berkode Syam dan PKI beberapa waktu sebelumnya sudah menuduh Dewan Jendral hendak melakukan kudeta terhadap Sukarno. Namun demikian teori ini masih punya kejanggalan berupa : tidak logis PKI memberontak ketika sedang menikmati kekuasaan termasuk kedekatannya dengan Presiden Sukarno. Serta sosok misterius Syam sampai sekarang belum terungkap jati dirinya.
|
2. Suharto dan CIA yang melakukan operasi intelejen untuk menjebak PKI.
Penganut teori ini adalah WF. Wertheim, Coen Holtzappel serta media dan jurnalis Amerika. Yang menjadi latar belakangnya adalah bingkai besar dunia yang sedang dalam Perang Dingin. Amerika menginginkan Indonesia bebas dari pengaruh Komunis karena sebagai buffer kawasan Oceania (Aussie). Ditunjang oleh kekuatan kaum hijau (ijo) yaitu kalangan santri dan tentara yang nasionalis, maka Amerika mendukung Suharto sebagai perwira muda yang masih segar terhadap dikotomi politik waktu itu. Sementara Jendral-jendral tua sudah memiliki afiliasi-afiliasi politik sendiri-sendiri.
Tapi yang jelas sebelumnya Dewan Jendral TNI-AD memang pernah melakukan usaha kudeta terhadap presiden Sukarno. Kemudian ditemukannya dokumen rahasia dari diplomat Inggris yang berisi bahwa Dewan Jendral akan mengkudeta Kelemahan teori ini : tidak ada bukti valid.
Namun ada alasan lain yang sangat mencolok yaitu mengapa Suharto sebagai pangkostrad tidak masuk dalam daftar eksekusi PKI? Padahal posisinya merupakan ketiga tertinggi dalam tongkat komando bila terjadi kondisi gawat darurat. Dan lagi sebagai mantan Panglima Divisi Diponegoro (Jawa Tengah), Suharto kenal baik dengan Oentoeng, Latief dan Suparjo yang merupakan pimpinan tentara pro-PKI (Madiun). Wertheim berpendapat Syam adalah intelejen suruhan suharto yang meng-infiltrasi PKI
|
3. Operasi intelejen Partai Komunis Cina.
Ini pernah dikemukakan oleh pihak Amerika dan CIA namun kemudian dicabut kembali. Alasannya adalah tanggal 1 Oktober adalah hari nasional dan PKI hanya mengirimkan delegasi kelas rendahan ke Cina, sementara para pemimpinnya tetap berada di Indonesia, mengindikasikan bahwa PKI sedang melakukan “sesuatu“. Amerika menuduh Partai Komunis Cina telah memiliki daftar jendral yang dieksekusi bahkan sebelum peristiwa Gestapu terjadi. Kelemahan teori ini adalah : tidak ada bukti valid.
|
4. Konflik internal TNI
Pendukung utama teori ini adalah para peneliti dari Universitas Cornell. Alasannya pelaksana Gestapu adalah pasukan TNI-Cakra Bhirawa yang dikomandani Letkol Oentoeng dan didukung oleh TNI-AU dan pasukan KKO (sekarang Marinir) yang dikomandani Omar Dhani (CMIIW). Pada waktu itu TNI telah terpecah belah karena memiliki afiliasi politik masing-masing. Contoh: TNI-AU yang mendukung PKI, TNI-AL yang loyalis Sukarno dan TNI-AD yang cenderung anti-komunis.
5. Presiden Soekarno sendiri pelakunya.
Anthony Dake pencetus teori ini. Dan ternyata TNI-AD dan Amerika kemudian menyokong teori ini untuk menjatuhkan Presiden Sukarno. Presiden Sukarno membuat sebuah skenario yang melibatkan PKI untuk menghabisi lawan-lawan politiknya terutama Dewan Jendral yang pernah berusaha mengkudetanya. Hal ini diperkuat oleh ketidakhadiran Presiden Sukarno dalam pemakaman para Jendral yang tereksekusi serta digunakannya pasukan paspanpres Cakra Bhirawa untuk menculik para Jendral. Presiden Sukarno sendiri tidak senang dengan kedekatan PKI dibawah pimpinan D.N Aidith yang berkiblat kearah Cina, sedangkan dia sendiri lebih suka berkiblat ke Uni Sovyet. Jadi Presiden Sukarno mengadu domba TNI dan PKI, sehingga dapat menyingkirkan lawan-lawan politiknya dalam sekali pukul. Kelemahan teori ini: terlalu tendensius !!!!
|
6. Versi keenam, versi mutakhir G30S dikemukakan dalam buku John Roosa (Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, 2008).
Di sini peran Sjam sangat menentukan. Kelemahan utama G30S adalah tidak adanya satu komando. Terdapat dua kelompok pemimpin, yakni kalangan militer (Untung, Latief, dan Sujono) serta pihak Biro Chusus PKI (Sjam, Pono, dengan Aidit di latar belakang). Sjam memegang peran sentral karena ia menjadi penghubung di antara kedua pihak ini. Namun, ketika upaya ini tidak mendapat dukungan dari Presiden Soekarno, bahkan diminta untuk dihentikan, kebingungan terjadi, kedua kelompok ini terpecah. Kalangan militer ingin mematuhi, sedangkan Biro Chusus tetap melanjutkan. Ini dapat menjelaskan mengapa antara pengumuman pertama, kedua, dan ketiga terdapat selang waktu sampai lima jam. Pada pagi hari mereka mengumumkan bahwa Presiden dalam keadaan selamat. Adapun pengumuman berikutnya, siang hari, sudah berubah drastis: pembentukan Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet.
Dokumen Supardjo mengungkap mengapa gerakan itu gagal dan tidak bisa diselamatkan. Kerancuan antara ”penyelamatan Presiden Soekarno” dan ”percobaan kudeta” dengan membubarkan kabinet dijelaskan dengan gamblang. Jauh sebelum peristiwa berdarah itu, Amerika telah mendiskusikan segala tindakan yang perlu untuk mendorong PKI melakukan gebrakan lebih dulu sehingga dapat dipukul secara telak oleh Angkatan Darat. Dan Aidit pun terjebak. Karena sudah mengetahui sebelum peristiwa itu terjadi, Soeharto adalah jenderal yang paling siap pada 1 Oktober 1965 ketika orang lain bingung. Nama Soeharto sendiri tidak termasuk daftar perwira tinggi yang akan diculik.
Penulis Prancis, Paul Veyne, mengatakan bahwa sejarah itu tak lain dari intrik. Pada versi ini, kerumitan misteri itu disederhanakan dengan metode ala detektif. Pembaca diyakinkan bahwa tokoh kunci G30S, Sjam Kamaruzaman, bukanlah agen ganda, apalagi triple agent, melainkan pembantu setia Aidit bertahun-tahun. Pelaksana Biro Chusus PKI yang ditangkap pada 1968 ini baru dieksekusi pada 1986. Ia bagaikan putri Syahrezad yang menunda pembunuhan dirinya dengan menceritakan kepada raja sebuah kisah setiap malam, sehingga mampu bertahan 1.001 malam. Sjam bertahan lebih dari 18 tahun dengan mengarang 1.001 pengakuan. Ia diberi kesempatan untuk mengungkapkan siapa saja yang pernah direkrutnya.
Sjam divonis mati dalam Mahmilub pada 1968. Ia diambil dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang 27 September 1986, dibawa ke RTM Cimanggis, Bogor. Pada 30 September dinihari, bersama Pono dan Bono dibawa ke lokasi eksekusi di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Dari RTM Cimanggis dibawa dengan konvoi kendaraan militer ke dermaga Tanjung Priok. Dengan kapal militer berlayar selama 15 menit sampai di pulau. Mereka ditembak tepat pukul 3 pagi oleh regu tembak yang terdiri atas 12 orang. Rute kehidupan Sjam dari Tuban (30 April 1924)-Jombang-Surabaya-Yogyakarta-Jakarta-RRC (berobat)-Vietnam Utara-penjara Cipinang-RTM Cimanggis-Tanjung Priok-Kepulauan Seribu (30 September 1986) berakhir tepat pada peringatan 21 tahun tragedi berdarah itu.
Dalam versi keenam ini terungkap bahwa G30S lebih tepat dianggap sebagai aksi (untuk menculik tujuh jenderal dan menghadapkan kepada Presiden), bukan sebagai gerakan. Sebab, peristiwa ini merupakan aksi sekelompok orang di Jakarta dan Jawa Tengah yang dapat diberantas dalam waktu satu-dua hari. Namun aksi ini (yang kemudian ternyata menyebabkan tewasnya enam jenderal) oleh Soeharto dan kawan-kawan lalu dijadikan dalih untuk memberantas PKI sampai ke akar-akarnya. Sesuatu yang di lapangan menyebabkan terjadinya pembunuhan massal dengan korban lebih dari setengah juta jiwa.
Kalau para jenderal yang diculik itu tertangkap hidup-hidup, mungkin sejarah Indonesia akan lain. Massa PKI akan turun ke jalan dan menuntut para jenderal itu dipecat. Presiden akan didesak untuk memberikan kursi departemen kepada golongan kiri itu karena sampai 1965 Soekarno tidak pernah mempercayakan pemimpin departemen kepada tokoh komunis kecuali Menteri Negara.
Versi terakhir ini dilakukan dengan membongkar versi-versi lama (dekonstruksi) dan menyusun narasi baru (rekonstruksi) dengan menggunakan sumber-sumber yang kesahihannya telah diuji serta tokoh kunci yang dapat diandalkan mengenai apa yang disebut Biro Chusus PKI. Versi ini menampilkan data baru (berbagai dokumen dari dalam dan luar negeri), metodologi baru (dengan mengikutsertakan sejarah lisan), dan perspektif baru (ini adalah aksi bukan gerakan, tapi kemudian dijadikan dalih untuk peristiwa berikutnya yang lebih dahsyat).
No comments:
Post a Comment