Puisi angkatan 66 (1966) Taufiq Ismail, Tirani Parafrase dan Parafrasis

 on Saturday, November 30, 2013  

Parafrase

Parafrase adalah istilah linguistik yang berarti pengungkapan kembali suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya. Parafrase memberikan kemungkinan kepada sang penulis untuk memberi penekanan yang agak berlainan dengan penulis asli. Istilah parafrase berasal dari bahasa Inggris paraphrase, dari bahasa Latin paraphrasis, dari bahasa Yunani para phraseïn yang berarti "cara ekspresi tambahan".

Parafrasis


Parafrasis adalah tindakan atau kegiatan untuk membuat parafrase. Untuk melakukan parafrasis, pertama-tama teks yang akan diparafrase harus dibaca secara keseluruhan. Pembaca perlu untuk memahami topik atau tema dari teks tersebut, sedangkan untuk teks berbentuk narasi perlu memahami pula alur atau jalan ceritanya. Selanjutnya, pembaca harus menemukan gagasan atau ide pokok yang terdapat pada kalimat utama setiap paragraf. Untuk kalimat penjelas, hanya bagian yang penting saja yang diambil, sedangkan bagian yang berupa ilustrasi, seperti permisalan, dan sebagainya, dapat diabaikan. Untuk mencertikan kembali teks tersebut, diperlukan kata atau kalimat yang sepadan, efektif, dan mudah dipahami. Agar lebih singkat, kalimat langsung dapat diubah menjadi kalimat tidak langsung. Dalam melakukan parafrasis, perlu digunakan bahasa yang ringkas dan mudah dipahami.
puisiKARANGAN BUNGA Tiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke salembaSore itu.Ini dari kami bertigaPita hitam pada karangan bungaSebab kami ikut berdukaBagi kakak yang ditembak matiSiang tadiKarya : Taufiq Ismail, Tirani, 1966Puisi 
2 SALEMBAAlma Mater, janganlah bersedihBila arakan ini bergerak perlahanMenuju pemakamanSiang iniAnakmu yang beraniTelah tersungkur ke bumiKetika melawan tiraniTaufiq Ismail [Tirani dan Benteng], 1966
Puisi 3 BENDERAMereka yang berpakaian hitamTelah berhenti di depan sebuah rumahYang mengibarkan bendera dukaDan masuk dengan paksaMereka yang berpakaian hitamTelah menurunkan bendera ituDi hadapan seorang ibu yang tua”Tidak ada pahlawan meninggal dunia!”Mereka yang berpakaian hitamDengan hati yang kelamTelah meninggalkan rumah ituTergesa-gesaKemudian ibu tua ituPerlahan menaikkan kembaliBendera yang dukaKe tiang yang duka1966Puisi 
4 HORISONKami tidak bisa dibubarkanApalagi dicoba dihalaukanDari gelanggang iniKarena ke kemah kamiSejarah sedang singgahDan mengulurkan tangannya yang ramahtidak ada lagi sekarang waktuUntuk merenung panjang, untuk ragu-raguKarena jalan masih jauhKarena Arif telah gugurDan luka-luka duapuluh satu1966Puisi 
5 KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INITidak ada lagi pilihan lain. Kita harusBerjalan terusKarena berhenti atau mundurBerarti hanyutApakah akan kita jual keyakinan kitaDalam pengabdian tanpa hargaAkan maukah kita duduk satu mejaDengan para pembunuh tahun yang laluDalam setiap kalimat yang berakhiran:“Duli Tuanku”?Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harusBerjalan terusKita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalanMengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuhKita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsaraDipukul banjir, gunung api, kutuk dan hamaDan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdekaKita yang tak punya kepentingan dengan seribu sloganDan seribu pengeras suara yang hampa suaraTidak ada lagi pilihan lain. Kita harusBerjalan terusdari: Tirani dan benteng – taufik ismail



No comments:

Post a Comment

J-Theme